Selasa, 08 Mei 2018

biografi dono warkop




Biografi Dono Warkop DKI - Pelawak Indonesia. Bernama lengkap Drs. H. Wahyu Sardono atau di kenal sebagai Dono Warkop, ia dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 30 September 1951, Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara. Ia dikenal sebagai Pelawak dari grup komedi Warkop DKI bersama Kasino dan Indro. Semasa kecil Dono warkop menenyam pendidikan di SD Negeri 1 kebon dalem kemudian setelah lulus SD ia masuk di SMP negeri 1 Kebon Dalem, 3 tahun pendidikannya di SMP kebon Dalem ia kemudian melanjutkan pendidikannya di SMA negeri 3 Surakarta dengan mengambil jurusan Ilmu Sosial (IPS), di SMA ia juga aktif dalam organisasi sekolah, terbukti bahwa ia berhasil menjadi ketua OSS di sekolahnya tersebut. Selepas luluas SMA dar SMA negeri 3 Surakarta, Dono wakop pun berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi di Jakarta, Ia mengambil Jurusan Ilmu Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Dono warkop juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti Mapala UI.

Setelah lulus dari kampusnya ia juga dipercaya sebagai Asisten Dosen jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, di Universitas yang sama Dono juga menjadi Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diluar aktivitas kampusnya, Dono warkop juga menjadi penyiar Radio Prambors, dari sinilah yang cikal bakal terbentuknya grup lawak fenomenal “Warkop DKI” yang awalnya bernama Warkop Prambors.

Grup lawak ini awalnya dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro), yang kemudian terkenal menjadi Warkop DKI yang digawangi oleh Dono, Kasino dan Indro. Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta.

Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir. Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura.
Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro. Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright).
Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.

Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMA IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personel gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa pada tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp20.000.

Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.

Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personel mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).


Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors.

Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu. Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat.

Dari filmlah para personel Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.

Dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan Dono warkop juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.

Dono warkop menikah dengan Titi Kusumawardhani, dari perkawinannya ini Dono warkop dikaruniai tiga orang anak yang bernama Andika Aria Sena, Damar Canggih Wicaksono dan Satrio Sarwo Trengginas. Dono warkop sendiri telah membintai puluhan judul film komedi yang membawa namanya melambung bersama personil Warkop DKI yang lainnya di jagat hiburan Indonesia di tahun 90-an.

Dunia Lawak Tanah Air kembali berduka ketika pada tanggal 30 Desember 2001 Dono warkop menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah sakit Rumah Sakit Santo Carolus, Jakarta Pusat, sekitar pukul 01.00 WIB setelah sebelumnya ditinggal pergi oleh personil Warkop DKi yang lainnya Kasino yang meninggal di tahun 1997.

Almarhum Dono warkop meninggal dunia akibat penyakit tumor di bagian bokong dan sudah menjalar menjadi kanker paru-paru stadium akhir, dan menyerang lever, Dono warkop meninggal dengan tenang, disamping sahabatnya, Indrojoyo Kusumonegoro. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

nafisahai.blogspot.com

BIOGRAFI CUT NYAK DIEN DALAM BAHASA INGGRIS



    Cut Nyak Dhien was a leader of the Acehnese guerrilla forces during the Aceh War.she was born in lampadang in 1848. Following the death of her husband Teuku Umar, she led guerrilla actions against the Dutch for 25 years. She was awarded the title of National Hero on May 2, 1964 by the Indonesian government.

    Cut Nyak Dhien was born into an Islamic aristocratic family in Aceh Besar. Her father, Teuku Nanta Setia, was a member of the ruling Ulèë Balang aristocratic class in VI mukim, and her mother was also from an aristocrat family. She was educated in religion and household matters. She was renowned for her beauty, and many men proposed to marry her. finally, she married Teuku Cek Ibrahim Lamnga, the son of aristocrat family, when she was twelve.

    On 26 March 1873, Dutch declared war on Aceh, in november 1873, During the se-cond Aceh Expedition, the dutch successfully captured VI mukim in 1873, followed by the sultan's place in 1874 . In 1875, Cut Nyak Dhien and her baby, along with other mothers, were evacuated to a safer location while her husband Ibrahim Lamnga fought to reclaim VI mukim. Lamnga died in action on June 29, 1878. Hearing this, Cut Nyak Dhien was enraged and swore to destroy the Dutch.

     Some time later, Teuku Umar proposed to marry her. learning that teuku umar would allow her to fight, they were married in 1880. This greatly boosted the morale of Aceh armies in their fight against Dutch. Teuku Umar and Cut Nyak Dhien had a daughter Cut Gambang.

     The war continued, and the Acehnese declared Holy War against the Dutch, and  were engaging in guerrilla warfare. Undersupplied, Teuku Umar surrendered to Dutch forces on September 30, 1893 along with 250 of his men. The Dutch army welcomed him and appointed him as a commander, giving him the title of Teuku Umar Johan Pahlawan. However, Teuku Umar secretly planned to betray the Dutch. Two years later Teuku Umar set out to assault Aceh, but instead departed with his troops, talking with them heavy equipment, weapons, and ammunition, using these supplies to help the Acehnese. This is recorded in Dutch history as "Het verraad van Teukoe Oemar" (the treason of Teuku Umar).

     The Dutch general Johannes Benedictus van Heutsz sent a spy to Aceh. Teuku Umar was killed during battle when the Dutch launched a surprise attack on him in Meulaboh. When Cut Gambang cried over his death, Cut Nyak Dhien slapped her and then she hugged her and said:"As Acehnese women, we may not shed tears for those who have been martyred."

     After her husband died, Cut Nyak Dhien continued to resist the Dutch with her small army until its destruction in 1901, as the Dutch adapted their tactics to the situation in Aceh. Furthermore, Cut Nyak Dhien suffered from nearsightedness and arthritis as she got older. The numbers of her troops was also keep decreasing and they suffered from lack of supplies.

    One of her troops, Pang Laot, told the Dutch the location of her headquarters in Beutong Le Sageu. The Dutch attacked, catching Dhien and her troops by surprise. Despite desperately fighting back, Dhien was captured, her daughter, Cut Gambang escaped and continued the resistance. Dhien was brought to Banda Aceh and her myopia and arthritis slowly healed, but in the end she was exiled to SumedangWest Java because the Dutch were afraid she would mobilize the resistance of Aceh people. she died on 6 november 1908











































     Cut Nyak Dhien adalah seorang pemimpin pasukan gerilya Aceh selama perang. dia lahir di lampadang aceh pada tahun 1848. Setelah kematian suaminya Teuku Umar, ia memimpin aksi-aksi gerilya melawan Belanda selama 25 tahun. Dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 2 Mei 1964 oleh pemerintah Indonesia.

    Cut Nyak Dhien dilahirkan dalam sebuah keluarga aristokrat Islam di Aceh Besar. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, adalah anggota dari penguasa Ulee Balang kelas bangsawan di VI mukim, dan ibunya juga dari keluarga bangsawan. Dia dididik dalam agama dan rumah tangga hal. Dia terkenal karena kecantikannya, dan banyak orang yang diusulkan untuk menikahinya. Akhirnya, ia menikah Teuku Ibrahim Lamnga Cek, putra keluarga bangsawan, ketika dia berusia dua belas tahun.


    Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh, pada bulan november 1873, Selama Ekspedisi Aceh se-cond, para Belanda berhasil menangkap VI mukim pada tahun 1873, diikuti oleh tempat sultan pada tahun 1874. Pada tahun 1875, Cut Nyak Dhien dan bayinya, bersama dengan ibu-ibu lainnya, dievakuasi ke lokasi yang lebih aman sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur untuk merebut kembali VI mukim. Lamnga tewas dalam aksi pada tanggal 29 Juni 1878. Mendengar ini, Cut Nyak Dhien marah dan bersumpah untuk menghancurkan Belanda.


     Beberapa waktu kemudian, Teuku Umar mengusulkan untuk menikahinya. belajar bahwa teuku umar akan memungkinkan dia untuk melawan, mereka menikah pada tahun 1880. Hal ini sangat meningkatkan moral pasukan Aceh dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien memiliki seorang putri Cut Gambang.


     Perang terus, dan Aceh menyatakan Perang Suci melawan Belanda, dan terlibat dalam perang gerilya. Undersupplied, Teuku Umar menyerah kepada pasukan Belanda pada September 30, 1893 bersama dengan 250 anak buahnya. Tentara Belanda menyambut dia dan menunjuknya sebagai komandan, memberinya gelar Teuku Umar Johan Pahlawan. Namun, Teuku Umar diam-diam merencanakan untuk mengkhianati Belanda. Dua tahun kemudian Teuku Umar berangkat untuk menyerang Aceh, melainkan berangkat dengan pasukannya, berbicara dengan mereka alat berat, senjata, dan amunisi, menggunakan perlengkapan ini untuk membantu masyarakat Aceh. Hal ini tercatat dalam sejarah Belanda sebagai "Het verraad van Teukoe Oemar" (pengkhianatan dari Teuku Umar).


     Belanda umum Johannes Benedictus van Heutsz mengirim mata-mata ke Aceh. Teuku Umar tewas dalam pertempuran ketika Belanda melancarkan serangan mendadak pada dirinya di Meulaboh. Ketika Cut Gambang menangisi kematiannya, Cut Nyak Dhien menamparnya dan kemudian dia memeluk dan berkata: ". Sebagai perempuan Aceh, kita mungkin tidak meneteskan air mata bagi mereka yang telah mati syahid"


     Setelah suaminya meninggal, Cut Nyak Dhien terus melawan Belanda dengan pasukan yang kecil sampai kehancurannya pada tahun 1901, saat Belanda disesuaikan taktik mereka untuk situasi di Aceh. Selanjutnya, Cut Nyak Dhien menderita rabun jauh dan arthritis saat ia mendapat lebih tua. Jumlah pasukan nya juga terus menurun dan mereka menderita kekurangan pasokan.



    Salah satu pasukannya, Pang Laot, mengatakan Belanda lokasi kantor pusat nya di Beutong Le Sageu. Belanda menyerang, menangkap Dhien dan pasukan nya terkejut. Meskipun putus asa berjuang kembali, Dhien ditangkap, putrinya, Cut Gambang lolos dan melanjutkan perlawanan. Dhien dibawa ke Banda Aceh dan miopia dan arthritis perlahan sembuh, namun pada akhirnya ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat karena Belanda takut dia akan memobilisasi perlawanan dari masyarakat Aceh. dia meninggal pada 6 November 1908


RESENSI BUKU 5CM

sherleyy.blogspot.com


RESENSI NOVEL DENGAN JUDUL “5CM”

IDENTITAS BUKU
Judul Buku            : 5 cm 
ISBN                    : 9797591514
Nama Pengarang   : Donny Dhirgantoro
Penerbit               : PT. Grasindo
Tahun Terbit          : 2007
Tebal Buku            : 381 halaman

SINOPSIS BUKU

Buku 5cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Dimana mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Arial adalah sosok yang paling ganteng diantara mereka, berbadan tinggi besar. Arial selalu tampak rapi dan sporty. Riani adalah sosok wanita berkacamata, cantik, dan cerdas. Riani adalah satu-satunya perempuan di antara kelima sahabat ini. Ia mempunyai cita-cita bekerja di salah satu stasiun TV. Zafran seorang picisan yang berbadan kurus, anak band, orang yang apa adanya dan kocak. Ian memiliki postur tubuh yang tidak ideal(gemuk), penggila bola, dan penggemar Happy Salma. Yang terakhir adalah Genta. Genta selalu dianggap sebagai “the leader” oleh teman-temannya, berbadan agak besar dengan rambut agak lurus berjambul, berkacamata, aktivis kampus, dan teman yang easy going.

Lima sahabat ini telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Suatu ketika mereka merasa jenuh dengan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama-sama. Terbesit ide untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Ide tersebut pun disepakati oleh kelima sahabat ini. Selama tiga bulan berpisah itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Arial yang jatuh cinta sama temen fitnessnya, Riani yang sukses di tempat kerjanya, Ian yang akhirnya berhasil menyelesaikan skripsinya, Genta yang sukses sebagai EO sebuah pameran dan Zafran yang semakin tergila-gila sama Arinda, adik kembar Arial.

Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Dalam perjalanan tersebut mereka menemukan arti manusia sesungguhnya. Semuanya terkuak dalam sebuah perjalanan ‘reuni’ mereka mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru. Sebuah petualangan pendakian yang sangat mengundang kekhawatiran. Perpisahan dan perjalanan yang mereka lewati ini ternyata telah membuat mereka menjadi manusia yang sesungguhnya, tidak hanya seonggok daging yang hanya bisa bicara, berjalan, dan punya nama. Perjalanan tersebut membawa mereka bukan hanya petualangan alam yang seru, tetapi juga petualangan mencari arti sebuah kehidupan ke gunung Mahameru. Di sepanjang perjalanan menuju Puncak Mahameru, banyak sekali hal-hal yang menakjubkan yang membuat mereka mengerti akan arti hidup.

Setengah dari buku 5 cm. bercerita tentang keseharian lima sahabat ini, dari sifat-sifat mereka yang berbeda satu dengan yang lain sampai dengan perilaku dan aktifitas mereka yang penuh canda tawa, diselingi cerita tentang permasalahan antar-sahabat. Setengahnya lagi, buku ini menuliskan petualangan kelima sahabat dalam mendaki gunung Mahameru.

”…Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kamu. Dan…sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa…percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu”

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
KELEBIHAN BUKU :
Kelebihan buku ini adalah ceritanya yang menarik, penuh semangat dan petualangan. Penulis menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan alur cerita yang tidak membosankan sehingga pembaca ingin membaca buku ini hingga halaman terakhir. Dalam buku ini, banyak kata-kata yang membuat kita terinspirasi. Dalam ceritanya, diselipkan lagu-lagu yang sesuai dengan suasana yang sedang terjadi, sehingga membuat kita semakin terhanyut dalam cerita. Ditambah lagi dengan penggambaran setting waktu dan tempat yang sangat detail tetapi tidak berlebihan seakan membuat seolah kita ikut terlibat di dalamnya, seperti perjalanan mereka dari Jakarta (stasiun Senen) sampai ke atas puncak Mahameru. Pembaca bagaikan berada di sana, merasakan dinginnya Ranu Pane, indahnya Ranu Kumbolo, mistisnya Kalimati, dan menakjubkannya puncak Mahameru. Pesan moral yang disampaikan pun sangat baik sehingga memotivasi pembaca agar bisa mengejar impian mereka dan membuat jadi nyata.

KEKURANGAN BUKU :
Cerita akhir novel ini walaupun berakhir dengan happy ending, tetapi masih sedikit menggantung dan terasa begitu dipaksakan dengan pembentukan keluarga antara sahabat-sahabat tersebut ditambah dengan keturunan mereka yang begitu sama mewarisi sifat-sifat orangtuanya dan semuanya sebaya/seumuran. Hal tersebut membuat pembaca sulit membedakan mana yang menjadi anak dan mana yang menjadi bapak, mana yang pemuda dan mana pula yang anak-anak.
Recomended banget nih buat para penggemar pembaca buku. Bisa dijadikan salah satu buku favorit kamu ;) Sebentar lagi novel 5 cm ini akan di angkat cerita nya ke layar lebar. Isu nya tanggal 12 Desember 2012. Ga sabar banget buat nonton ini film! pastinya bakal seru banget petualangan kelima sahabat ini di Puncak Mahameru :)